Kamis, 26 November 2015

Makalah Feature




MAKALAH FEATURE






disusun oleh
     Tiara Utami Putri
NRP      : 132050295
KELAS : D





ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2015




KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Feature. Saya berterima kasih kepada bapak Drs. Patria Hidayat selaku dosen mata kuliah Cyber Media yang telah membimbing dalam proses pembuatan tugas ini.
   Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi saya untuk mengetahui feature dalam kegiatan cyber yang berkembang pesat.
   Saya  juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saya berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
     


Bandung,  November  2015

                                                                                                                         

                                                                                                                   Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam jurnalistik dikenal istilah jurnalistik sastra, salah satunya adalah teknik penulisan feature yang mengembangkan gaya penulisan berita (news) dengan gaya penulisan yang ringan, cair, dan mudah dipahami oleh khalayak pembaca. Menurut teori jurnaistik, feature termasuk ke dalam kelompok atau rumpun news. Feature termasuk kedalam kategori soft news (berita ringan, berita lunak) yaitu dalam segi atau teknik penyajiannya. Seberat apapun materi berita yang disampaikan, pembaca akan menikmati penyajian berita yang ringan dan menarik dalam feature.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berusaha untuk memaparkan tentang feature yaitu mengenai sejarah terbentuknya feature, pengertian feature, karakteristik dan fungsi feature, jenis-jenis feature, dan proses pembuatan feature.

1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sejarah terbentuknya feature dan pengertian feature ?
1.2.2 Bagaimana karakteristik dan fungsi feature ?
1.2.3  Apa saja jenis-jenis feature ?
1.2.4  Bagaimana teknik penulisan feature ?
1.2.5  Bagaimana contoh penulisan feature ?

1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada penulis khusunya, dan kepada pembaca umumnya tentang penulisan feature.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Terbentuknya Feature dan Pengertian Feature

2.1.1 Sejarah Terbentuknya Feature
Awal mula lahirnya feature dalam suatu harian diperkenalkan oleh Thomas Wolfe. Keinginannya untuk menulis dengan cara yang berbeda yang gagasannya dilatarbelakangi oleh dunia wartawan Amerika tahun 1928-an.
Latar belakang penulisan feature lainnya adalah pimpinan seorang mahasiswa jurnalistik yang mempunyai keinginan untuk menulis novel. Pada saat itu Wolfe yang menjadi mahasiswa jurnalistik telah lulus tingkat doctoral (1957) dan mulai bekerja di New York Herald Tribune (1962). Realitas dunia industri AS pada saat itu tidak menjanjikan penyelesaian bagi persoalan-persoalan di masyarakat. Wolfe sebagai inspirator jurnalisme sastra merasa frustasi dengan gaya penulisan lama yang tidak mengakomodasi kemampuannya untuk mempertunjukan kembali (recreate) atmosfer fakta liputan.
Ada saatnya suau berita tidak dapat ditulis dengan fakta liputan yang sebenarnya dikarenakan alasan kode etik jurnalistik. Pada saat itulah dunia sastra berbicara. Kondisi ini telah dipelopori oleh Wolfe dalam bentuk penulisan jurnalisme sastra. Pemakaian gaya fiksi untuk mengemas laporan jurnalistik memunculkan fenomena baru dalam hal fakta, perubahan definisi, proses pengamatan dan pencariannya.
Jadi, kemunculan feature dalam suatu harian tidak lepas dari sebuah gaya penulisan yang subjektif. Pada saat ini yang dibutuhkan oleh maasa adalah gaya penulisan fleksibel yang tidak biasa agar bisa menampung segala hal yang dihilangkan dalam straightnews.
2.1.2 Pengertian Feature
Secara sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Setiap karya feature harus mengandung semua unsur yang terdapat 5W1H. Selain itu, feature disajikan dalam bahasa pengisahan yang sifatnya kreatif informal. Menurut Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, mendefinisikan feature sebagai berikut : Feature adalah cerita khas kreatif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan, dengan tujuan untuk memberi informasi dan sekaligus menghibur khalayak media massa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyatakan feature adalah karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan lebih terinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca (Balai Pustaka, 1990:350).
Asep Syamsul M. Romli menjelaskan bahwa dari sejumlah pengertian feature yang ada, dapat ditemukan beberapa ciri khas tulisan feature, antara lain :
1. Mengandung segi human interest
Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi, menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi. Berbeda dengan hard news (berita keras), yang isinya mengacu kepada pemahaman yang lebih banyak menggunakan pemikiran.
2. Mengandung unsur sastra
Satu hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel, bacaan ringan dan menyenangkan namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.
Jadi, feature adalah jenis berita yang sifatnya ringan dan menghibur. Ia menjadi bagian dari pemenuhan fungsi menghibur (entertainment) sebuah surat kabar.
2.2 Karakteristik dan Fungsi Feature
2.2.1 Karakteristik Feature
   1.Kreatif
Memungkinkan penulis “mencipta” sebuah cerita (dengan teknik berkisah), namun bukan cerita fiktif. Laporan feature harus mengkreasikan sudut pandang penulis berdasarkan riset terhadap fakta-fakta yang ditelusuri.

   2.Subjektif
Dengan penggunaan model aku, memungkinkan penulis memasukkan emosi dan pikirannya. Sangat mungkin menggunakan sudut pandang orang pertama, atau “saya”dengan emosi campur nalar, sebagai cara mendapatkan fakta-fakta.

   3.Informatif
Feature memang terkadang tidak memiliki nilai berita. Ia justru cenderung memberi nilai informasi mengenai situasi / aspek kehidupan. Materi laporan tentang hal yang ringan, namun berguna bagi masyarakat. Seperti situasi saat peristiwa terjadi dan tidak diliput media lain.

   4.Menghibur
Bahan feature dengan sengaja dicarikan dari cerita yang eklusif dan ditulis secara mendalam (indepth), termasuk aspek humor yang menyertainya. Laporan harus berwarna-warni terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, selingkuh, bencana alam, dll, sehingga pembaca larut dalam kesedihan atau malah tertawa terbahak-bahak.

 5. Awet / Tidak dibatasi waktu (unperishable)
Berita bisa basi dalam 24 jam, tapi feature tak akan pernah basi bahwa feature tidak lapuk dimakan deadline, karena topiknya dibahas secara mendalam.

2.2.2 Fungsi Feature
 a. Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news) . Feature tampil sebagai pelengkap yang disajikan seperti cerita pendek, penuh daya tarik, sehingga benar-benar menggoda dan menghilangkan kesan membosankan dan menjenuhkan dari penyajian berita .

 b. Sebagai pemberi informasi yang menarik tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi. Tak selamanya fakta atau suatu peristiwa disajikan dalam bentuk berita, para reporter tidak jarang mengemas suatu fakta atau peristiwa justru dalam bentuk feature. Pertimbangan itu antara lain ialah keunikan, sifat yang melekat dalam suatu peristiwa seperti kemalangan atau musibah, dan asumsi efek yang diharapkan muncul dari khalayak setelah fakta atau peristiwa tersebut dimuat.

 c. Sebagai penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan.Salah satu tujuan terpenting feature adalah untuk menyajikan cerita yang mengandung bobot rekreasi lebih kuat, yaitu menyajikan hiburan, membangun imajinasi serta mengangkat fantasi yang sangat diperlukan bagi keseimbangan kejiwaan seseorang dalam segala tingkatan usia.

d. Sebagai pemberi nilai dan makna terhadap suatu peristiwa. Dengan feature, berita tak hanya dilihat dari sisi kuantitatif: angka, jumlah, statistik. Fakta berita, yang disajikan dalam bentuk feature, sesungguhnya menghadirkan sekaligus memberi makna terhadap dimensi kualitatif atas suatu peristiwa, situasi, atau keadaan. Jadi, tak berlebihan apabila dikatakan feature sesungguhnya merupakan mata dan suara hati media massa.

2.3 Jenis –Jenis Feature

1. Feature Minat Insani (Human Interest Feature)
Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-ngaduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air mata khalayak.

2. Feature Sejarah (Hystorical Feature)
Feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak. Misalnya kisah heroik perjuangan kemerdekaan berikut kesaksian para pelaku serta ditunjang dengan kisah kunjungan ke tempat – tempat peristiwa tersebut terjadi, selalu menggugah rasa ingin tahu khalayak.

3. Feature Biografi (Biografical Feature)
Feature tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat, public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia.

4. Feature Perjalanan (Travelogue Feature)
Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora dan fauna, baik di dalam maupun di luar negeri.

5. Feature Petunjuk Praktis (How to do Feature)
Feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu, misalnya tentang bagaimana mengawinkan berbagai jenis tanaman unggul, pemeliharaan ikan emas sistem air deras, atau cara kawin silang sapi unggul asal Australia dengan sapi lokal.

6. Feature Ilmiah (Scientific Feature)
Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan. Misalnya menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian habitat simpanse di Kalimantan, dan lainnya yang berkaitan dengan iptek.

2.4 Teknik Penulisan Feature
-Membuat Judul
-Memilih Lead
Lead merupakan paragraf petama pada tulisan.
-Menulis Bagian Isi
Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik “mengisahkan sebuah cerita”.
Penulis menghidupkan imajinasi pembaca, menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama, namun tetap dengan menggunakan penulisan jurnalistik yang sangat efektif untuk berkomunikasi. “Piramida terbalik”(susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah hingga mudah untuk dibuang bila tulisan itu perlu diperpendek) sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik.
-Bagian Penutup

2.5 Contoh – contoh Feature

Klik link di bawah ini : 
5. Feature Petunjuk Praktis (How to do Feature)
6.  Feature Ilmiah (Scientific Feature)

Contoh feature yang penulis buat :


Muda Kaya Karya






Retty (20) membawa dua buah produk yang menjadi best seller hijab hits dan papercase dari online shop miliknya MARCHIE di Jl. Pembangunan, Desa Jayawaras, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Sabtu (21/11). FOTO TIARA / 2015
Muda, berbakat, dan ulet adalah karakter dari pengusaha muda ini Retty Nur Hapsari (20). Setelah berhenti bekerja menjadi seorang wartawan di salah satu surat kabar lokal, dirinya fokus untuk berbisnis dari rumah yaitu bisnis online. Berhenti dari pekerjaan yang sebelumnya tidak membuat Ia menyerah untuk menemukan peluang. Dengan berbekal pengalamannya sebagai wartawan dan memiliki banyak relasi, Ia memulai bisnis online sejak September 2014 yang dinamai MARCHIE dengan menjual produk reseller seperti tas, baju  sepatu, dan aksesoris gadget. “Awalnya cuma iseng pas masih jadi wartawan karena kebetulan di halaman remaja jadi banyak relasi anak muda jadi kepikiran peluang buat berbisnis” ujarnya.
Kini, bisnisnya berkembang dengan mengeluarkan produk sendiri yaitu hijab hits dan papercase untuk handphone. Retty menjadi pelopor pertama produk papercase di Kota Garut dan hasilnya juga sangat memuaskan, banyak yang menyukai produknya tersebut. Bahkan produknya sudah terkenal juga ke luar kota.
Sudah 1 tahun lebih menekuni dunia bisnis, tentu ada suka dan duka yang dirasakan. Baginya, dengan berbisnis Ia memiliki banyak waktu di rumah, tidak dikejar deadline, dan menjadi CEO bagi diri sendiri, apalagi Ia adalah sosok anak sulung kakak bagi tiga orang adiknya yang juga disibukkan untuk mengurus adik-adiknya. Sedangkan, dukanya adalah ketika menghadapi pelanggan yang menipu dan membatalkan pesanan seenaknya. Ia juga berharap bisnisnya lebih berkembang lagi, “Kedepannya pengen lebih sering ikut bazzar atau bikin booth di keramaian biar brandingnya naik dan banyak orang yang kenal dan lebih dekat sama customer pula” ujarnya.
Kesibukannya semakin bertambah lagi ketika sebulan yang lalu Ia kembali menjadi wartawan di salah satu tabloid mingguan lokal di Kota Garut. Namun, kesibukannya tersebut tidak mempengaruhi bisnis yang sedang dijalani, Ia tetap menjalani keduanya dengan baik karena pekerjaannya di tabloid mingguan sekarang tidak terlalu diforsir seperti dulu. Jadi bisnis beres, pekerjaan juga beres.
Sosok Retty sangat menginspirasi kaum muda untuk pandai menemukan peluang di tengah kesibukan. Meskipun belum sempat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi dirinya berhasil membuktikan sukses mandiri melejit dengan bisnis dan pekerjaan yang sedang Ia jalani. Pengalaman menjadi guru yang paling berharga dalam perjalanan hidupnya.






REFERENSI :
Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
http://rosyidatulhidayati.blogspot.co.id/2008/05/sejarah-feature.html?m=1
https://qoechil.wordpress.com/2012/05/06/definisi-fungsi-jenis-dan-karakteristik-feature/

Konvergensi Media

PENGERTIAN
Konvergensi Media adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan (Wikipedia). Konvergensi berasal dari bahasa inggris yakni convergence, merujuk pada dua hal / benda atau lebih bertemu dan bersatu dalam suatu titik (Arismunandar, 2006:1).  Dengan kata lain, konvergensi media adalah penyatuan atau penggabungan berbagai media dan teknologi komunikasi ke dalam satu media.

LATAR BELAKANG MUNCULNYA KONVERGENSI MEDIA
Konvergensi muncul dengan perkembangan teknologi, khususnya dari munculnya Internet dan digitisasi informasi. Konvergensi media ini menyatukan ”tiga-C” (computing, communication, dan content). Jika dijabarkan di level perusahaan, maka konvergensi ini menyatukan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang informasi (komputer), jejaring telekomunikasi, dan penyedia konten (penerbit buku, suratkabar, majalah, stasiun TV, radio, musik, film, dan hiburan). 2. Pengertian Konvergensi Media Konvergensi media tidak hanya pergeseran teknologi atau proses teknologi, namun juga termasuk pergeseran dalam paradigma industri, budaya, dan sosial yang mendorong konsumen untuk mencari informasi baru. Konvergensi media terjadi dengan melihat bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain pada tingkat sosial dan menggunakan berbagai platform media untuk menciptakan pengalaman baru, bentuk-bentuk baru media dan konten yang menghubungkan kita secara sosial, dan tidak hanya kepada konsumen lain, tetapi untuk para produsen perusahaan media. Gerakan konvergensi media tumbuh secara khusus dari munculnya internet dan digitalisasi informasi. konvergensi media ini menyentuh 3C yaitu computing (memasukan data melalui komputer) communication (komunikasi) dan content (materi isi/ konten). Teori konvergensi media yang diteliti oleh Henry Jenkins pada tahun 2006, menyatakan bahwa konvergensi media merupakan proses yang terjadi sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat.

KONVERGENSI MEDIA DI INDONESIA
Kisah konvergensi media di Indonesia adalah buah dari proses perubahan gradual yang melanda industri media itu sendiri. Efisiensi, perluasan pasar, kecepatan menyiarkan, dan integrasi sumberdaya adalah esensi konvergensi media di Indonesia. Teknologi informasi dan komunikasi menjadi penopang di bawahnya. Hampir satu dekade belakangan, industri media di Indonesia mengalami hingar-bingar seiring kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi. Awalnya adalah ketika sejumlah media melakukan resizing dan reformat produk, terutama suratkabar harian, pada medio dekade 2000-an. Perubahan format itu membawa implikasi pada penyesuaian ukuran dan kualitas konten di masing-masing media. Budaya jurnalisme pun ikut berubah. Gaya menulis tidak bisa lagi sepanjang dan sebanyak tatkala masih menggunakan ukuran dan format lama (murni broadsheet). Ini karena surakatkabar-suratkabar di Indonesia telah mengubah ukuran produk mereka menjadi enam atau tujuh kolom (junior broadsheet), bahkan hingga yang berukuran kompak (compact size). Pada saat yang bersamaan, sejumlah perusahaan media cetak mulai serius mengembangkan versi digitalnya. Patut dicatat, hampir satu dekade sebelumnya, beberapa perusahaan suratkabar telah merilis versi online, seperti Republika dan Kompas, namun baru sekadar sebagai komplimentari versi cetak dan belum digarap serius dalam konteks konvergensi media. Perubahan format tersebut dipicu oleh tren multimedia yang dihasilkan teknologi komunikasi melalui kehadiran internet. Belakangan, internet dan mobile communication menjadikan orang semakin mudah mengakses informasi media melalui aneka platform. Secara umum, dalam kasus Indonesia, konvergensi media berangkat dari basis model suratkabar cetak yang berkolaborasi dengan versi online. Inilah jejak otentik konvergensi media di Indonesia. Dalam perkembangannya kemudian, kolaborasi surakabar cetak dengan media online, lalu menular dengan mengikutsertakan medium radio dan televisi dalam line up konvergensi.

DAMPAK KONVERGENSI MEDIA
Konvergensi mengubah pola-pola hubungan produksi dan konsumsi yang penggunaanya berdampak pada berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan. Selain itu, konvergensi media juga berdampak pada mengubah hubungan antara teknologi, industri, pasar, gaya hidup, dan khalayak. Misalnya saja perubahan yang terjadi pada media cetak koran yang kini berkembang mengikuti kemajuan teknologi tersedia juga dalam bentuk media online, sehingga khalayak pembaca dapat mengkonsumsi informasi dengan media komunikasi seperti komputer atau handphone.

Berikut uraian mengenai dampak positif dari konvergensi media :
 - Konvergensi media memperkaya informasisecara meluas tentang seluruh dunia karena ada akses internet
-Memberikan banyak pilihan kepada masyarakat dalam menggunakan media.
-Lebih mudah, praktis, dan efisien.
-Timbulnya demokratisasi informasi dimana semua orang bisa mengakses informasi secara bebas dan luas.
-Mengubah perilaku bisnis, yakni sangat menguntungkan dalam memajukan perusahaan, mudah dan cepat mengantisipasi tantangan, dan menganalisa kebutuhan pasar.
-Interaktif, masyarakat bisa langsung memberikan umpan balik terhadap suatu informasi.

Konvergensi media juga memiliki dampak negatif, diantaranya :
-Perubahan gaya masyarakat yang menjadi kecanduan teknologi.
-Munculnya masyarakat digital  / masyarakat maya.
-Media cetak mulai kalah dengan media online.
-Kesenjangan sosial yang semakin besar.

CONTOH KONVERGENSI MEDIA :

-TELEVISI DIGITAL , televisi kabel yang merupakan konvergensi antara komputer dan televisi, dimana kita bisa menonton televisi melalui komputer. Bahkan televisi bisa ditonton melalui ponsel. Hal ini dapat merubah paradigma mengenai televisi. Dulu televisi itu berbentuk besar, kotak, memiliki antena, namun seiring dengan perkembangan teknologi kini televisi memiliki berbagai bentuk.

-HANDPHONE/PONSEL , memiliki berbagai fungsi lainnya selain untuk komunikasi. Handphone memiliki fitur dan layanan-layanan yang tidak terbatas untuk sms dan telepon saja, namun bisa juga untuk kamera foto, video, musik, televisi, radio, 3G, bahkan akses internet.

-TELEVISI ONLINE, merupakan penggabungan dari media televisi dan internet.

REFERENSI :
http://id/wikipedia.org/wiki/Konvergensi_media
http://litapuspita43.blogspot.co.id/2014/12/makalah-konvergensi-media_3.html

Senin, 02 November 2015

Citizen Journalism (Jurnalisme Warga)

Jurnalisme Warga atau yang dikenal juga dengan Citizen Journalism (CJ) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita pada masa mendatang. CJ adalah aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga biasa (bukan wartawan). Berita atau informasi yang diproduksi jurnalis warga disebarluaskan melaui berbagai media, yakni blog, majalah, buletin, radio komunitas, dan sebagainya.

Ada 9 istilah untuk Jurnalisme Warga (Citizen Journalism) sebagaimana dikemukakan Mark Glaser di Mediashift:
  1. Grassroots journalism. Jurnalisme Akar Rumput
  2. Networked journalism. Jurnalisme Berjejaring.
  3. Open source journalism. Jurnalisme Sumber Terbuka.
  4. Citizen media. Media Warga.
  5. Participatory journalism. Jurnalisme Partisipasi.
  6. Hyperlocal journalism. Jurnalisme Sangat Lokal.
  7. Bottom-up journalism. Jurnalisme Bawah-ke-Atas.
  8. Stand-alone journalism. Jurnalisme Mandiri.
  9. Distributed journalism. Jurnalisme Terdistribusi.
Jurnalis warga, dengan demikian, mesti mengusai ilmu jurnalistik dasar ini (penulisan berita), meliputi, antara lain:
  1. Pengertian berita
  2. Nilai berita (news values)
  3. Unsur-Unsur Berita (5W+1H)
  4. Struktur naskah berita
  5. Bahasa Jurnalistik/Bahasa Media
  6. Etika penulisan berita (kode etik jurnalistik).
Seperti dikutip Bighow Guide dalam "Citizen Journalism Basics", salah satu tokoh terkemuka pendukung CJ, Dan Gillmor dan JD Lasica mengemukakan lima prinsip dasar jurnalisme warga (five basic principles of Citizen Journalism):
  1. Accuracy. Akurasi, ketepatan.
  2. Thoroughness. Kecermatan, ketelitian.
  3. Transparency. Transparansi, keterbukaan dalam peliputan berita.
  4. Fairness. Kejujuran
  5. Independence. Independensi, tidak berpihak dan tidak terikat oleh kelompok mana pun.
Sementara Steve Outing, senior editor pada the Poynter Institute for Media Studies, mengklasifikasikan CJ ke dalam 11 kategori:
1. CJ yang membuka ruang untuk komentar publik, di mana pembaca atau khalayak bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan jenis ini bisa kita kenal sebagai ruang surat pembaca.
2. Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis. Warga diminta untuk ikut menuliskan pengalamannya, pada sebuah topik utama liputan yang dilaporkan jurnalis.
3. Kolaborasi antara jurnalis porfesional dengan nonjurnalis yan gmemiliki kemampuan dalam materi yang dibahas, sebagai bantuan dalam mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. Terkadang professional nonjurnalis ini dapat juga menjadi contributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut.
4. Bolghouse warga. Melalui blog, orang bisa berbagi cerita tentang dunia, dan bisa menceritakan dunia berdasarkan pengalaman dan sudut pandangnya.
5. Newsroom citizen transparency blogs, merupakan blog yang disediakan sebuah organisasi media sebagai upaya transparansi, di mana pembaca bisa memasukkan keluhan, kritik, atau pujian atas pekerjaan media tersebut.
6. Stand-alone CJ sites, yang melalui proses editing. Sumbangan laporan dari warga, biasanya tentang hal-hal yang sifatnya sangat lokal yang dialami langsung oleh warga. Editor berperan untuk menjaga kualitas laporan, dan mendidik warga (kontributor) tentang topik-topik yang menarik dan layak untuk dilaporkan.
7. Stand-alone CJ sites, yang tidak melalui proses editing.
8. Gabungan stand-alone CJ journalism website dan edisi cetak.
9. Hybrid: Pro+CJ. suatu kerja organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis professional dengan journalis warga. Situs OhmyNews, Radio Elshinta, atau Radio Mara FM bandung termasuk ke dalam kategori ini. dalam OhmyNews, kontribusi berita tidak otomatis diterima sebagai sebuah berita. Editor berperan dalam menilai dan memilih berita yang akan diangkat ke halaman utama.
10. Penggabungan antara jurnalis professional dan jurnalis warga dalam satu atap, di mana website membeli tulisan dari jurnalis professional dan menerima tulisan jurnalis warga.
11. Model Wiki, di mana pembaca adalah juga edior. setiap orang bisa menulis artikel dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar yang terbit.

Prinsip dasar citizen journalism adalah :
  • Pewarta (reporternya) adalah pembaca, khalayak ramai, siapapun yang mempunyai informasi atas sesuatu,
  • Siapa pun dapat memberikan komentar, koreksi, klarifikasi atas berita yang diterbitkan,
  • Biasanya non-profit oriented,
  • Masih didominasi oleh media-media online,
  • Memiliki komunitas-komunitas yang sering melakukan gathering,
  • Walaupun ada kritik, tidak ada persaingan antarpenulis (reporter),
  • Tidak membedakan pewarta profesional atau amatir,
  • Tidak ada seleksi ketat terhadap berita-beritanya,
  • Ada yang dikelola secara profesional ada pula yang dikelola secara amatir,
  • pembaca dapat langsung berinteraksi dengan penulisnya melalui kotak komentar atau e-mail.

A.    Kelemahan Citizen Journalism
Masalah yang dihadapi dari munculnya citizen journalism adalah citizen journalist hanya eksis di beberapa blog saja. Kenyataannya bisa dilihat dari empat kategori citizen journalism: 1) citizen journalist adalah orang yang memiliki kamera digital atau kamera ponsel dan menyunting karya mereka, seperti peristiwa utama (tsunami, bom di London) atau kecelakaan mobil, ke organisasi berita; 2) citizen journalist adalah orang yang ingin menemukan komunitas lokal atau cybercommunity dan memproduksi tulisan tentang komunitasnya; 3) citizen journalist adalah orang yang mengkritisi dan mengampanyekan sebab-sebab politik; 4) citizen journalism adalah orang yang berpartisipasi ke dalam sebuah “percakapan” dengan para jurnalis profesional dan para pemilik blog.
Tidak ada yang meragukan bahwa sesuatu yang baru telah muncul dan kantor berita tradisional harus setuju dengan citizen journalist. Akan tetapi, esensi citizen journalism telah menggantikan jurnalisme tradisional yang dianggap mati.
Para citizen journalist adalah bagian dari keluarga. Dan perbedaannya terletak pada sebutan yang diberikan kepada mereka, yaitu “intelegensi kolektif”. Bagi seorang jurnalis, kantor berita adalah ekspresi intelegensi kolektif dengan hubungan horizontal antara kolega, tetapu juga memiliki hubungan vertikal dengan editor. (editorsweblog.org, 29 Desember 2005)
Ada juga yang mempertanyakan bagaimana mempertanggungjawabkan kebenaran informasi yang ditulis oleh orang biasa? Bagaimana jurnalisme publik bisa dipercaya? Bagaimana mengelola kredibilitas? Terkadang kita tidak bisa memastikan kebenaran informasi yang berasal dari citizen journalist. Kita tidak bisa percaya begitu saja kepada karya mereka. Ada fungsi jurnalisme yang hilang dan konsep citizen journalis, yaitu verifikasi. Siapa saja bisa mengirmkan karya jurnalistiknya tanpa melalui proses verifikasi.

B.     Kelebihan Citizen Journalism
Siapa yang diuntungkan? Banyak orang yang merasa tidak bisa menggunakan blog, karena mereka merasa tidak akrab dengan Informasi Teknologi (IT).  Padahal, isi dari blog tidak adanya hubungannya dnegan IT. Setiap orang dapat menulis apapun. Inilah hal yang penting bagi masyarakat, bahwa mereka disajikan beragam piliham untuk dipiih. Di sini juga lah letak keindahan citizen journalism, semuanya dikembalikan pada masyarakat.
Perkembangan teknologi informasi juga mengubah hakekat media. Dengan internet, kini berkembang situs-situs lembaga maupun pribadi. Selain itu, berkembang juga weblog atau blog, di mana setiap orang bisa melaporkan peristiwa di sekelilingnya, atau paling tidak, melaporkan gagasannya kepada publik. Dengan demikian, kalau dulu media didirikan oleh lembaga, atau individu yang mempunyai uang dan kekuasaan (power), kini setiap individu bisa membuat media. Karena itu, di zaman internet ini, setiap individu juga adalah media.
Kalau ditanya siapa secara politis siapa yang dapat keuntungan dari blog, maka keuntungan ini bisa kita kategorikan menjadi 3 hal: finansial, sikap politis, dan keuntungan dari sisi negatif. Untuk keuntungan finansial mungkin agak sulit karena blog pada dasarnya tidak ada aspek komersil, akan tetapi keuntungan itu dalam bentuk lain yaitu publisitas. Kalau keuntungan dari sisi negatif, maksudnya adalah orang-orang yang ingin mengacau, bisa saja melakukan hal tersebut.
Kadang-kadang ada orang yang menulis di blognya dan mengutip blog orang lain tanpa menyebut sumber kutipannya. Bagaimana seharusnya sikap terhadap hal seperti ini? Bagi WW di dalam blog ada “fair exchange”, kita bebas mengutip blog orang lain, dan orang lain bebas mengutip blog kita. Apabila tidak disebut, tidak masalah juga. Kalau nama kita disebut, ya itu keuntungan buat kita. (unitedcolorsofme.com, 11 Oktober 2006)